Modal Asing Masuk Rp 6,43 Triliun, Kepercayaan Investor terhadap Ekonomi Indonesia Menguat
SUARANUSWA.COM – Jakarta, 13 Oktober 2025.
Bank Indonesia (BI) mencatat adanya arus masuk modal asing atau capital inflow yang signifikan ke pasar keuangan domestik pada pekan kedua Oktober 2025. Nilainya mencapai Rp 6,43 triliun, menandai peningkatan kepercayaan investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
Deputi Gubernur BI, Destry Damayanti, menyampaikan bahwa tren ini menjadi sinyal positif di tengah tekanan global akibat kebijakan perdagangan baru Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik di beberapa kawasan. Arus modal tersebut didominasi oleh pembelian surat berharga negara (SBN) oleh investor nonresiden.
—
Pergeseran Arah Dana Asing
Menurut data BI, meskipun terjadi net buy di pekan kedua Oktober, secara keseluruhan sepanjang tahun 2025 nonresiden masih mencatat penjualan bersih di pasar saham dan sebagian SBN. Namun, pembelian bersih mulai meningkat pada instrumen SBN tenor menengah hingga panjang, yang mencerminkan keyakinan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia dalam jangka menengah.
Instrumen yang paling diminati adalah obligasi pemerintah seri FR0102 dan FR0104 yang masih menawarkan imbal hasil (yield) menarik di kisaran 6,75–7,05 persen. Sementara di pasar saham, volatilitas masih cukup tinggi akibat tekanan eksternal dari pelemahan indeks global.
BI menilai, investor asing tetap menunjukkan kepercayaan terhadap Indonesia karena melihat stabilitas makroekonomi yang terjaga serta potensi pertumbuhan ekonomi yang tetap solid.
—
Faktor Stabilitas dan Fundamental Domestik
Kestabilan nilai tukar rupiah menjadi salah satu faktor kunci yang menarik arus masuk modal asing. Sepanjang awal Oktober, rupiah bergerak stabil di kisaran Rp 15.600 per dolar AS, relatif lebih kuat dibandingkan beberapa mata uang regional seperti yen Jepang dan won Korea Selatan.
Kebijakan suku bunga acuan BI yang tetap di level 6,00 persen turut memperkuat daya tarik instrumen keuangan domestik. Kebijakan ini dianggap mampu menahan tekanan inflasi tanpa menghambat aktivitas ekonomi secara signifikan. Dengan inflasi yang terkendali dan neraca perdagangan yang masih mencatat surplus, Indonesia dianggap memiliki fondasi ekonomi yang kokoh.
Bank Indonesia menegaskan komitmennya menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Strategi pengelolaan likuiditas juga terus dilakukan secara terukur untuk mencegah tekanan jangka pendek di pasar keuangan.
—
Optimisme di Tengah Ketidakpastian Global
Meskipun arus modal asing menunjukkan tren positif, perekonomian global masih diwarnai ketidakpastian. Rencana pengenaan tarif 100 persen terhadap seluruh barang impor dari Tiongkok oleh Amerika Serikat menjadi salah satu pemicu kekhawatiran akan perang dagang jilid baru.
Kebijakan tersebut diperkirakan dapat memengaruhi rantai pasok dan kinerja ekspor berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, ekonomi nasional dipandang tetap tangguh berkat disiplin fiskal dan tingkat cadangan devisa yang memadai, yang saat ini berada di atas 142 miliar dolar AS.
Defisit APBN tahun 2025 juga diperkirakan tetap terkendali di bawah 2,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), menunjukkan bahwa pemerintah masih memiliki ruang fiskal yang sehat untuk menjaga stabilitas ekonomi.
—
Dampak pada Pasar Keuangan Domestik
Kabar mengenai meningkatnya arus masuk modal asing turut mengangkat kepercayaan pelaku pasar domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat ke level 7.450, didorong oleh kenaikan harga saham-saham perbankan besar dan emiten berbasis konsumsi.
Sektor keuangan, otomotif, dan infrastruktur menjadi tujuan utama aliran dana asing, sejalan dengan meningkatnya keyakinan terhadap prospek konsumsi rumah tangga dan proyek strategis pemerintah. Saham-saham unggulan seperti BBRI, BMRI, dan ASII mencatat kenaikan harga 1–2 persen sepanjang pekan kedua Oktober.
Selain pasar saham, penguatan juga terjadi di pasar obligasi. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun tipis menjadi 6,79 persen, mencerminkan peningkatan permintaan dari investor institusional asing.
—
Kebijakan Pemerintah dan Arah Ke Depan
Pemerintah menyambut baik laporan Bank Indonesia terkait arus masuk modal asing tersebut. Kementerian Keuangan menilai bahwa tren ini menjadi bukti kepercayaan internasional terhadap kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang sedang dijalankan.
Berbagai langkah deregulasi dan percepatan digitalisasi pelayanan investasi juga menjadi faktor pendukung meningkatnya minat investor global. Pemerintah menargetkan agar momentum ini tidak hanya memperkuat pasar keuangan, tetapi juga mendorong investasi langsung yang mampu membuka lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas nasional.
Bank Indonesia sendiri menegaskan akan terus memantau dinamika eksternal yang berpotensi memengaruhi stabilitas pasar domestik. Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dan penguatan koordinasi dengan otoritas fiskal akan menjadi fokus kebijakan pada kuartal terakhir tahun ini.
—
Potensi dan Risiko ke Depan
Masuknya modal asing dalam jumlah besar tentu memberikan dampak positif bagi likuiditas pasar dan penguatan nilai tukar rupiah. Namun, sejumlah analis mengingatkan bahwa ketergantungan terhadap dana portofolio jangka pendek juga menyimpan risiko, terutama jika kondisi global berubah secara tiba-tiba.
Potensi capital reversal perlu diwaspadai, terutama jika kebijakan suku bunga global mengalami perubahan drastis. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang konsisten untuk menjaga kepercayaan investor dan memperkuat sektor riil agar perekonomian tidak terlalu bergantung pada investasi portofolio.
Dalam jangka menengah, arus modal asing ini dapat menjadi peluang untuk memperdalam pasar keuangan domestik, memperkuat instrumen pembiayaan jangka panjang, serta mendukung agenda pembangunan berkelanjutan yang inklusif.
—
Kesimpulan
Arus masuk modal asing sebesar Rp 6,43 triliun pada Oktober 2025 menjadi sinyal positif bahwa ekonomi Indonesia masih dipercaya oleh investor global. Stabilitas rupiah, inflasi yang terkendali, serta kebijakan fiskal yang disiplin menjadi kombinasi yang menarik bagi pasar internasional.
Meski demikian, ketidakpastian global akibat tensi geopolitik dan kebijakan proteksionis tetap menjadi tantangan utama. Indonesia perlu menjaga konsistensi kebijakan dan memperkuat struktur ekonomi agar modal asing yang masuk tidak hanya bersifat sementara, tetapi benar-benar mampu memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.
🗞️ SUARANUSWA.COM – Menyuarakan Nuswa, Menyapa Nusantara
Redaksi Ekonomi | Jakarta, 13 Oktober 2025















