Pemerintah Hentikan Insentif BEV Impor Mulai 2026
Jakarta, 24 September 2025 – Pemerintah Indonesia resmi mengumumkan bahwa mulai tahun 2026 tidak akan ada lagi insentif untuk kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) yang masuk ke Tanah Air dalam bentuk completely built up (CBU).
Kebijakan ini menandai perubahan besar dalam arah pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Selama ini, mobil listrik impor mendapatkan sejumlah keringanan, mulai dari pembebasan bea masuk hingga insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM).
“Insentif untuk BEV CBU hanya berlaku hingga akhir 2025. Setelah itu, dukungan pemerintah akan lebih difokuskan pada kendaraan listrik yang diproduksi di dalam negeri,” ungkap pejabat Kementerian Perindustrian dalam keterangan resmi.
Dorong Produksi Lokal
Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi besar pemerintah untuk memperkuat ekosistem industri otomotif nasional. Produsen yang ingin tetap bersaing di pasar kendaraan listrik Indonesia setelah 2025 diharapkan membangun fasilitas produksi atau perakitan di dalam negeri.
Dengan demikian, pasar mobil listrik di Indonesia ke depan akan lebih banyak diisi oleh produk yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi. Hal ini juga sejalan dengan target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai hub produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Dampak ke Konsumen
Bagi konsumen, penghapusan insentif bisa membuat harga mobil listrik impor melonjak mulai 2026. Saat ini, selisih harga antara BEV impor dan produk konvensional masih menjadi salah satu kendala penetrasi kendaraan listrik di pasar domestik.
Analis otomotif memperkirakan, menjelang akhir 2025, permintaan mobil listrik impor akan meningkat tajam karena konsumen dan diler berusaha memanfaatkan masa terakhir insentif.
Industri dalam Persimpangan
Di sisi lain, beberapa produsen global yang sudah berinvestasi di Indonesia, seperti Hyundai, Wuling, dan BYD, dinilai akan lebih diuntungkan dengan kebijakan ini. Mereka sudah memiliki fasilitas produksi lokal sehingga tetap bisa menawarkan harga kompetitif meski insentif untuk CBU dicabut.
Sementara itu, merek yang masih mengandalkan impor penuh diprediksi harus menimbang ulang strategi pemasaran mereka di Indonesia.
Wartawan : Dewi















